Friday, July 1, 2011

Lebaran, Jangan, Jangan...


Cerpen: Gus tf Sakai 

Sumber: Kompas, Edisi 12/01/2002 

 AIR. Gelombang. Tolong. Opengmegap-megapketikaempasankuatmembenamkannyakeperutlaut. Tangankecilnyamenggapai-gapai, mengepak-ngepak, tetapisemuasia-sia. Setiapgerakan, setiaptenaga yang iakeluarkan, membuatbocahitumerasabagaitambahtakberdaya. Gelombangmembalik, mengangkat, melambungkannyakepermukaan. Udara! Ditariknyanapas-argkkhh! Cekuk-cekuk, terbatuk-batuk. Opengterusterbatuk, masihterbatuk-batuk, saattiba-tibamenyadaritakada air, takadagelombang. Ada gerakan di tempatmanatangannyaterpegang. Dibukanyamata. Kesadarannyasempurna: Tuaspenggiling. "Ayo giling!" Perintah yang sangatOpengkenal. Dengannapasmasihsesak, denganpandanganmasihnanar, dilihatnyaUcok, Amri, Pulu, danKabir (teman-temannya) telahmenariktuaspenggiling. Di hadapanmereka, Bang Tohar (sisumberperintah) tegakberkacakpinggang, menatapkearahOpeng. Tatapanitu. Mata itu... "Jangantidur! Ayo giling!" Kembali, telahtibasaatmenggiling. Betapacepat. Bagaitakadaantara. ***MENGGILING, artinyamenarikjaring. Disebutdemikiankarenajaringditarikdengantalimenggunakankumparanbesar yang mestimerekaputar. BagiOpeng, bukanpersoalanmemutarataumenggilingnya. Tetapi, jarakwaktuantaramenarikdanmenurunkanitu: taksampaidua jam. Membuatiatakbisabetul-betultertidur. Taksampaidua jam, dansetiapmalam! Siang jugabukanberartiistirahatkarena, kalaukebetulantakmenggiling, merekaharusmenjemurikantangkapanmalamkemarin. Betapamelelahkan, betapameletihkan. Dan mimpidiempasdandibenamkangelombangitu, sungguhmembuatOpengtambahletihlagi. Dan, itubukanmimpipertama. Sudahberkali-kali. Kenapabisadatangberkali-kali, dantakbergantidenganmimpi lain yang lebihbiak? Atau, takusahmimpi. Lelapsaja. Dua jam itu, alangkahbaikkalaudigunakanmenghimpuntenaga. Dulu, di hari-haripertama di malam-malampertama, dua-dua jam pertamaitudigunakanOpenguntukmengenang. WajahMak. WajahAtin. Sedangmengapamerekasekarang? Ah. Selalu, Opengingat dialog itu: "FirasatMaktakenak. Sebaiknyakautakpergi." "Aduh... Makinibagaimana. Begituakupulang, bawauang, Makbisake Malaysia." "Tapi ... Makragu. Jermal, apaitu? Di tengahlaut, takpulang-pulang." "Ah, hanyaduabulan. Duabulan, Mak! Dan ketikaakupulang, nanti, itutepatjelangLebaran. Kita bisa...." "Ya," Atinmenyela, "lebaran! Kita bisabuatkue. Belibaju. BelikanAtinbajuya Bang?" "Ya-ya." "Tapi...," Makmasihragu. "Sudah, Mak. Tenangsaja." "Tapi...." "Dah, Mak. Jangankhawatir." Tapi...ternyataMakbenar. Orang-orang itu...telahmenipu. Orang-orang dewasaitu... telahmenipuku. Segalanya. ***SEGALANYA? Entah. Tetapi, yang jelas, soalupahternyatataksepertidikatakan Bang Sulam. Lelaki 40-an yang mengajaknyaitu -dankinientahberada di mana! -mengatakanuang yang bakalditerimaOpengadalahRp 400.000 per bulan. Bohong. Bang Tohar, mandoritu, bilanghanyaRp 200.000. Dan ituOpengketahuisetelahberada di sini, di jermal, yang kata Ucokjaraknyadelapan mil daripantai. Jadi, kalauRp 200.000, uang yang bisaOpengbawapulanghanyadua kali lipatnya. Empatratusribu rupiah, itutakcukupuntukbiayakerjaMakke Malaysia. Untuk toke ataucukongsaja, kata Mak, butuhRp 500.000. Ah-ah, bagaimanacaranya? Menambahkerjajaditigaatauempatbulan? Berartimelewatkanlebaran. OpengterbayangAtin. Janjinya. Kuedanbaju. Tentuadikperempuannya-yang tahundepanbersikerasinginsekolahitu-akansangatkecewa. Lagi pula, tidakkahMakakansangatcemas? DuabulansajaMaktelahsangatkeberatan. Apalagitigaatauempat! Ah-ah... kenapamereka, orang-orang kampungnya, taklagibolehmenggalipasir di sungaiitu? Padahal, kata Mak, itulahpekerjaan orang-orang kampungnyasejak lama- sampai-sampaidesamerekabernamaKampungPasir. Apakahsalahmereka? Apakahsalahnyadengansungai yang jadilebihdalam? Opengtakmengerti. Bocahitutakmengertiakankehidupankampungnya yang tiba-tibaberubah. Yang membuat orang-orang kampungnyaharusmencarikerjakemana-mana. Yang membuatkepalanya... kemudiandipenuhipikiran. Tentangbegitupentingnyauang. Tentanguang yang, kata orang-orang, di negeri Malaysia begitugampang. TentangBapak yang pergientahkemana, entahsebabapa, takpulang-pulang. TentangAtin yang inginsekolah. TentangNenek, yang takberhentisakit. TentangMak.... Ah Mak, Makbenar. Merekatelahmenipuku. Soalupahmungkinsatuhal. Hal lain, lihatlah. Bang Sulammengatakanpekerjaannyahanyamenggiling. Tetapi, ternyatatidak. Dan, kalaupuncumamenggiling, siapamenyangkabahwamenggilingitubakalsiangdanmalam? Dan, bilamalam, aduh! Dua-dua jam itu, sungguhmembuatOpengsangatcapek. Iahanyabisatidur-tidurayam. Kepalanyajadiseringpusing. Puasa? Ah! Di sini, takada yang namanyapuasa. Ramadhanatautidakbagaitakadabedanya. Dan, satulagi. Bang Tohar (tatapanitu, mataitu... Opengtakut), kata kabir, kata Pulu, suka... "menindih" malam-malam. Betulkah? ***HARI ini, lima harimenjelanglebaran, Opengmendapatcerita lain. Kata Amri, merekatakdibolehkanpulangsebelumbekerjatigabulan. Ha?! SungguhOpengsangatterkejut. Kerjaduabulannyatinggalduaharilagi! Malah, bocahitutelahmembayangkanbagaimanaakanbahagianyabertemuMak, bertemuAtin, Nenek. Taktahan-dantakpercaya- akanucapanAmri, Opengmeninggalkanpekerjaannyamenjemurikan, bergegasmencari Bang Tohar. Lelakibesar, gempal, dankasarituiatemukantengahbersama Bang Jamil, sijurumasak. Dualelakidewasaitumenatapnya. "Apa?!" Suara Bang Toharbagaimenggeledek, mengalahkanderuangindandesauombak. Tatapanitu. Mata itu.... Kembali, Opengtiba-tibatakut. "Kata Amri...." "Kata Amriapa?!" "Kata Amri... kerjaharustigabulan." "Memangtigabulan. Kenapa!" "Akutidakbisa... haruspulang...." "O, pulang?" Bang Toharberdiri, berjalanmenghampiribocahitu. Jadi, kaumaupulangya?" Lelakibesaritumembungkuk, menyodorkanwajahnyakemukaOpeng. Napasnyamengoar. Busuk. "Boleh! Kaubolehpulang! Tapi, denganberenang!" Opengtertegun. Tertunduk. Tertunduk. Lututnya... menggigil. "Bagaimana! KauBisa?!" Opengtakbersuara. "Hua ha-ha...! Bisa?" Opengmembalikkantubuh. "Jika pun bisa, kauhanyabolehbawaseratusribu. Untuksisanya, kauharuskembalikesini! Bekerjalagi!" Opengmelangkah. Denganmarah, benci, dantakut. Mak... merekabenar-benartelahmenipuku. Openginginberteriak, inginmemekik, inginmenangis. Hahhh.... "Bagaimana?" Ada sentuhanlembut di pundaknya. Amri. Opengtakmenjawab. Matanyamenatapkesana, kebayanganpantai yang antaratampakdantidak. Delapan mil. Betapajauh. Kenapa, waktuitu, iatakpercayapadafirasatMak? Kenapa... kenapaLebarantakdatangsebulanlagi? Kenapa.... Delapan mil. Delapan mil! Kenapatakiacoba? ***TOLONG. Opengmegap-megapketikaempasankuatmembenamkannyakeperutlaut. Tangankecilnyamenggapai-gapai, mengepak-ngepak, tetapisemuasia-sia. Setiapgerakan, setiaptenaga yang iakeluarkan, membuatbocahitusungguhmerasatambahtakberdaya. Gelombangmembalik, mengangkat, melambungkannyakepermukaan. Udara! Ditariknyanapas -argkkhh! Cekuk-cekuk, terbatuk-batuk. Opengterusterbatuk, masihterbatuk-batuk, saattiba-tibamenyadaritakada air, takadagelombangnya. Ada tanganbesar, kasar, membungkammulutnya. Dibukanyamata. Kesadarannyasempurna: Bang Tohar! Bang Tohar...tengahmenindihnya. Dengantangan lain, Bang Toharjugatengahberusahamelorotkancelananya! O tidak! Iaberontak. Melawan. Menendang-nendang. Tetapi, tenaga Bang Toharbagaikepitingbaja! Oh, tidak! Jangan! Kenapa... siangtadiiabatalkanrencananya? Kenapaiatakberaniterjunberenangmenempuhdelapan mil itu? Kenapa? PadahaliabocahKampungPasir! Padahalia orang sungai! Padahal... okh! Jangan, jangan.... * Payakumbuh, 2002  


No comments:

Post a Comment